Selasa, 27 Oktober 2020

Pemberdayaan Siswa Dalam Pembelajaran Daring Di Era New Normal

| 0 Viewers
0

Pandemi covid-19 yang terjadi sejak awal tahun 2020 hingga saat ini memasuki era new normal membuat kepelikan tersendiri pada bidang pendidikan. Mulai dari jenjang SD, SMP, SMA, hingga Universitas pembelajaran yang dilakukan berupa daring (dalam jaringan). Hal tersebut bertujuan agar dapat memutus penyebaran covid-19. Maka dari itu melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) UTM melakukan program abdimas (pengabdian masyarakat) dengan ketua pelaksana yaitu Alfan Biroli, M.Si dibantu oleh rekan mahasiswa. Kegiatan abdimas dilakukan di desa majungan, pamekasan dan desa pulopancikan, gresik, serta kelurahan Ngipik, Gresik.

Berbagai upaya dalam proses pembelajaran daring sudah dilakukan oleh guru untuk memberikan pelayanan yang baik dalam proses mendapatkan pendidikan, akan tetapi keadaan tersebut tidak menunjukkan hasil yang maksimal dalam kegiatan belajar. Para siswa merasa tidak terbiasa dalam pembelajaran daring yang selama ini pembelajaran dilakukan dengan face to face sebelum adanya pandemi covid-19. Memasuki era new normal pembelajaran pada anak SD tidak semua sekolah menerapkan pembelajaran daring, mulai ada yang luring, hingga perpaduan daring dan luring. Akan tetapi pembelajaran daring di era new normal tetap masih tampak sekali dalam kegiatan pembelajaran dari sekolah.

Dengan demikian program abdimas dilakukan kepada para siswa anak SD yang terkena dampak covid-19 di era new normal dalam pembelajaran daring. Kegiatan tersebut dapat tergambar dari serangkaian program abdimas berikut ini :

Desa Majungan, Pamekasan

Kelurahan Ngipik, Gresik

Desa Pulopancikan, Gresik

Pada program abdimas bertema tentang pendididikan ini, dalam pemberdayaan siswa dapat diperoleh point yang dilakukan yaitu pendampingan belajar siswa dalam pembelajaran daring meliputi : membantu tugas dan penjelasan materi lebih lanjut, penyediaan layanan internet, dan pembagian masker serta faceshield. Berikut ditemukan paparan dari informan ketika berada di lokasi :

Menurut Hainol seorang guru di SDN Jarin 3 warga Majungan, Pamekasan berpendapat “Pembelajaran daring buat anak SD sangat berat apalagi belum terbiasa, selain itu anak-anak banyak yang tidak memiliki HP harus dengan pendampingan dari orangtua. Dan tidak semua orangtua juga paham dengan tekhnologi HP”. (27/09/2020)

Selain itu menurut Khofifatul mahasiswa utm yang berasal dari desa Majungan juga berpendapat : “Dengan adanya pendampingan belajar maka siswa lebih mudah belajar dan lebih terbuka dengan keluhan yang diterima. Pendampingan abdimas ini dapat membantu siswa SD dalam hal pengerjaan tugas rumah dan materi pembelajaran, yang mana ada beberapa siswa yang belum memiliki handpone untuk mengkases materi di internet”. (27/09/2020)

Selain itu juga ada pendapat dari siswa yang bernama Janeeta Putri kelas 3 SD di Nahdlatul Ulama 1 Gresik, “Saat ini masih belajar daring, dengan bantuan dari orangtua pembelajaran daring jadi mudah, apalagi ada pendampingan belajar melalui abdimas jadi lebih semangat ”. (7/09/2020).

Pendapat yang lain diungkapkan oleh mahasiswa UTM yang berasal dari Kelurahan Ngipik, Gresik bernama Salsabila. Menurutnya “Pembelajaran daring saat ini adalah pembelajaran yang tidak biasa, akan tetapi dengan pendampingan belajar dari abdimas ini menjadi terbantu apalagi ada pembagian masker dan faceshield yang bertujuan untuk memutus mata rantai covid-19”. (8/09/2020).

Pengabdian masyarakat juga melakukan kegiatan webinar teruntuk tiga lokasi khususnya yaitu desa majungan, pamekasan dan desa pulopancikan, gresik serta kelurahan ngipik, gresik. Webinar secara online juga mengundang kepada masyarakat secara umum. Webinar dalam bidang pendidikan dilakukan pada (04/9/2020).

Webinar dengan tema “Optimalisasi Pembelajaran Daring Di Era New Normal” disampaikan oleh pemateri Dias Putri Yuniar dosen PG PAUD Universitas Trunojoyo Madura. Dalam penyampaiannya diperoleh makna pembelajaran daring saat ini melibatkan tiga komponen utama yaitu peran dari sekolah, masyarakat, dan keluarga. Ketika hal tersebut bersinergi, maka pembelajaran daring dapat berjalan secara optimal dalam pelaksanaannya. (Alfan Biroli)