Minggu, 17 November 2024

Pemanfaatan Limbah Tahu Sebagai Pupuk Cair: Solusi Pertanian Berkelanjutan di Desa Grujugan

| 0 Viewers
0

Pamekasan - Desa Grujugan, Pamekasan, dikenal sebagai sentra produksi tahu rumahan. Produksi tahu ini menghasilkan limbah cair dalam jumlah besar yang jika tidak dikelola dengan baik dapat mencemari lingkungan. Untuk mengatasi masalah ini, sebuah informasi dilakukan pada tahun 2024 untuk memanfaatkan limbah tahu sebagai pupuk organik cair. Informasi tersebut melibatkan Irene May Widiyani dan Agung Setyawan dari Universitas Trunojoyo Madura. Informasi ini bertujuan meningkatkan produktivitas pertanian berkelanjutan di desa tersebut.

Informasi ini didapatkkan di Desa Grujugan. Terdapat beberapa konsentrasi limbah cair tahu, yakni 0%, 25%, 50%, dan 100%, diterapkan pada tanaman seperti kangkung dan bayam. Hasilnya menunjukkan bahwa aplikasi dengan konsentrasi 50% memberikan pertumbuhan tanaman terbaik. 


Rata-rata tinggi tanaman meningkat 30% lebih tinggi dibanding kontrol, serta bobot hasil meningkat signifikan. Hal ini membuktikan bahwa limbah tahu berpotensi sebagai pupuk organik.


Selain meningkatkan pertumbuhan tanaman, penggunaan limbah tahu juga memperbaiki kualitas tanah. Kandungan nitrogen, fosfor, dan kalium di tanah meningkat, serta pH tanah mendekati netral, kondisi ideal untuk pertumbuhan tanaman. 


Informasi ini menunjukkan bahwa limbah tahu tidak hanya menjadi solusi pengelolaan limbah, tetapi juga meningkatkan kesuburan tanah. Ini menjadi langkah penting dalam menciptakan pertanian berkelanjutan. Dampak positif ini dirasakan oleh petani setempat.


Namun, penggunaan limbah tahu dengan konsentrasi 100% justru menurunkan pertumbuhan tanaman. Kandungan senyawa anorganik yang terlalu tinggi dalam limbah dapat meracuni tanaman jika digunakan secara berlebihan. 


Oleh karena itu, diperlukan pengaturan yang bijak dalam menentukan konsentrasi yang tepat. Irene May Widiyani Safitrih dan Agung Setyawan menyarankan agar pupuk organik dari limbah tahu digunakan dengan konsentrasi yang optimal, yaitu 50%. Ini untuk mencegah dampak negatif pada tanaman.


Irene may Widiyani Safitrih dan Agung Setyawan juga merekomendasikan program pelatihan bagi petani di Desa Grujugan. Pelatihan ini akan mengajarkan cara mengelola limbah tahu menjadi pupuk yang efektif dan ramah lingkungan. Selain itu, penerapan teknologi sederhana dalam proses ini dapat memudahkan petani dalam meningkatkan hasil pertanian mereka. Dengan kolaborasi antara peneliti, pemerintah, dan petani, diharapkan Desa Grujugan dapat menjadi contoh sukses pengelolaan limbah untuk keberlanjutan pertanian.

 

Penulis : Irene May Widiyani Safitrih